Senin, 09 Juni 2008

Evolusi Indie di Indonesia


Pada awalnya, ruang lingkup musik indie hanya sebatas musik-musik keras (dulu lebih lazim disebut "Underground"), seperti metal, punk rock dan turunan dari keduanya. Tapi maksud dari underground sendiri bukan cuma pergerakan dari musisi-musisi "cadas" tersebut. Musik pop pun bila belum masuk major label bisa dibilang sebagai musik underground, karena (mungkin) salah satu alasan mereka tidak memasuki mainstream adalah untuk mencari media yang memungkinkan mereka bebas berekspresi tanpa ada campur tangan perusahaan rekaman yang biasanya mengubah ekspresi si band tersebut. Konon, pengekangan dan pengaturan perusahaan rekaman membuat banyak band-band merasa dibatasi secara kreatif. Hal itulah yang mendasari mereka untuk membuat album dan jalur distribusinya sendiri atau disebut independen, yang secara harafiah berarti tidak tergantung atau mandiri, baik secara finansial maupun distribusional.

Pada awal kemunculannya band-band indie banyak mengalami kesulitan dalam distribusi dan promosi. Namun setelah menjamurnya kemunculan distro di kota -kota besar, band-band indie sangat terbantu dalam hal distribusi dan promosi. Distro kependekan dari distribution outlet, yang pada awalnya hanya menjual hal-hal yang berbau musik-musik langka impor, mulai turut berperan dalam penyebaran album dan merchandise band-band indie dalam negeri. Seiring perkembangan jaman dan tren local clothing, saat ini distro juga menjual macam-macam pakaian dan asesoris yang biasa dipakai oleh loyalis musik musik indie dengan brand lokal yang tidak kalah dengan brand luar negeri.

Lain dulu, lain sekarang. Penggemar musik indie di Indonesia yang semula hanya terbatas pada komunitas-komunitas tertentu dan biasanya hanya ada di kota kota besar, kini makin menyebar ke penjuru Indonesia. Internet telah menjadi alat bantu penting dalam proses sosialisasi pergerakan ini. Kini banyak orang di daerah juga tahu musik-musik indie, bahkan sampai ada yang fanatik terhadap salah satu band indie hingga rela melakukan perjalanan lintas pulau (bahkan lintas Negara) untuk menyaksikan show band kesukaannya.

Band-band indie lahir dengan pesat di Indonesia. Bisa dilihat dari seringnya band-band "kecil" ini tampil di gigs rutin dan justru menjadi raja pensi di Ibukota dan kota lainnya, mengalahkan nama-nama yang disokong oleh nama besar sebuah perusahaan rekaman. Banyaknya peminat musik indie membuat beberapa major label "mencomot" mereka untuk kemudian merilis albumnya dalam skala besar. Sebut saja Pas band, Burgerkill, Superman Is Dead, Rocket Rockers dan lain-lain. Banyak band-band indie yang tetap di jalur indie namun tidak kalah populer dengan band-band major label. Sebut saja Mocca yang sudah memenangkan beberapa award di MTV dan sempat menjadi MTV Artist Exclusive, MTV Gress Artist of the Month, membuat duet dengan Club 8 dari Swedia, juga menembus angka penjualan yang fantastis untuk ukuran "indie". Tidak terlalu mendalam dan spesifik, memang. Ini hanyalah sebuah pengantar, karena scene ini masih terus bergerak maju dan berkembang. Semoga bisa memberikan sedikit gambaran bagi mereka yang membutuhkan.

Tidak ada komentar: